Menurut sejarah, sejak zaman penjajahan belanda, Meukek merupakan salah satu daerah penghasil rempah - rempah dan menjadi daya tarik bagi Kolonial untuk menjadikan Meukek sebagai tujuan mereka, mereka sangat gigih dan berani mengurungi lautan dan memakan waktu berbulan – bulan untuk sampai ketempat ini, mereka membawa barang hasil produksi negaranya untuk ditukarkan dengan rempah – rempah. Pada saat itu Gampong Kuta Buloh II merupakan tempat pusat berdagang bagi masyarakat meukek, namun setelah bertahun tahun berhubungan dagang, masyarakat merasakan ketidak nyamanan dan merasa terusik dengan system berdagang mereka, mereka merasa terjajah oleh orang asing di daerah mereka sendiri sehingga masyarakat Meeukek memutuskan untuk mengusir para penjajah tersebut, dalam pengusiran tersebut terjadilah peperangan antara masyarakat Meuekek dengan Belanda yang memakan korban sangat banyak. Masyarakat meukek membuat benteng pertahanan yang terbuat dari bambu di kawasan Kuta Buloh II agar penjajah tidak bisa masuk lagi .
Masyarakat Kuta Buloh II sebagian besar bermata pencarian sebagai Petani, Pedagang, Pegawai Negri Sipil, dan swasta. Jarak Gampong Kuta Buloh II dengan Kecamatan sekitar 3 Km, Kuta Buloh II Pada masa dulu di Kepalai oleh seorang Lurah dan Kemudian Sekitar tahun 2009 baru di Kepalai oleh seorang Keuchik dan dibantu oleh perangkatnya, Sekgam, Kaur, Kasi, Kepala Dusun dan Imam Chik, selain juga terdapat jajaran Tuha Peut, Perangkat Pemuda yang membatu jalannya Pemerintahan Gampong Kuta Buloh II.